Sabtu, 05 April 2008

Membangun Citra Positif

Sebagai upaya membangun citra positif,jajaran muspika Kecamatan Cipari,Dinas instansi mengadakan kegiatan rutin pengajian interaktif. Kegaiatan tersebut dilaksanakan pada Jumat terakhir setiap bulan. Pesertanya adalah karyawan karyawati muspika dan dinas instansi. Narasumber diambilkan dari berbagai ormas Islam yang ada di wilayah Kecamatan Cipari diantaranya NU, Muhamadiyah, HTI, Tarbiyah, dan tokoh Islam potensial lainnya.

Dalam setiap kegiatan ditampilkan dua orang narasumber dari ormas yang berbeda. hal itu untuk mewujudkan ukhuwah Islamiah diantara umat Islam di Cipari. Komposisi pembicara diambil tokoh tua dan tokoh muda, keterwakilan tiap desa dan keterwakilan tiap ormas Islam.

Kegiatan ini sebenarnya untuk merealisasikan keinginan peserta pengajian inetraktif Romadhon sebelumnya. Mereka menginginkan agar kegiatan pengajian jangan hanya dilaksanakan pada tiap bulan Romadhon tetapi paska Romadhonpun tetap dilakukan karena kegaiatn ini terbukti cukup ampuh untuk membangun citra positif Pemerintah Kecamatan Cipari dimata masyarakat.

Tema kegiatan ini dibuat oleh panitia dan disesuaikan dengan kondisi yang ada dan selalu aktual. Pengajian ini diawali di pendopo Kecamatan Cipari pada bulan November 2007. Selanjutnya secara bergiliran dilaksanakan di UPT Dinas P&K, SMP Al Islam Cipari, Puskesmas Cipari, KUA Cipari, SMA Darul Ulum Cipari, SMAN Cipari, SMPN1 Cipari, SMPN 2 Cipari, Polsek Cipari dan terakhir di perkebunan Ciseru-Cipari (PT.JA.WATTIE)

Menurut Warsono, S.H, M.Hum.(Camat Cipari)"Mengapa Kegiatan ini melibatkan semua tokoh Ormas Islam yang ada di Cipari hal ini untuk memberikan kesempatan yang sama dan untuk menciptakan kerukunan di antara mereka dalam bingkai ukhuwah Islamiah. Faktanya mereka sangat mendukung kegiatan ini dan bisa duduk bersama di forum dan di luar forum untuk bisa menyumbangkan pemikiran - pemikiran mereka yang brilian guna membangun Cipari yang lebih baik, bermartabat dan kondusif".

Kamis, 03 April 2008

Wisata Pemandian Air Panas Cipari, Hidup Segan Mati Tak Mau

CIPARI – Itulah kenyataan yang harus diterima salah satu obyek wisata di Cilacap, Pemandian Air Panas Cipari. Bagaimana tidak, kondisinya saat ini benar-benar mempihatinkan, Kamis (20/3).

Pemerintah Kabupaten Cilacap sepertinya tidak begitu serius menggarap potensi wisata yang ada. Kenyataannya, saat ini banyak potensi wisata yang sengaja ‘’ditidurkan’’ yang dinilai kurang mendatangkan PAD. Salah satunya adalah obyek wisata Pemandian Air Panas Cipari di Kecamatan Cipari yang berjarak sekitar 65 km dari kota Cilacap.

Budi Harjono atau warga sekitar memanggilnya Gohang yang saat ini dipercaya menjadi juru kunci, mengatakan, meski sudah berulang kali tempat wisata tersebut dikunjungi oleh Komisi C DPRD Cilacap dan juga staf Dinas Pariwisata yang berjanji akan membenahi, namun hingga sekarang tidak kunjung ada perbaikan bahkan kerusakan pada bangunan yang berbentuk leter L makin parah.

Menurut keterangan Budi Harjono berdasar cerita dari mbahnya, air panas yang bersumber dari tempat yang mirip sumur tersebut muncul sejak tahun 1930-an. Ketika Belanda masih menduduki beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di Kecamatan Cipari.

Menurut dia, Pemerintahan Belanda sangat getol mengeksplorasi kekayaan alam di bumi Indonesia. Salah satu di antaranya, tempat yang diduga sebagai penghasil minyak yaitu Cipari. Saat melakukan pengeboran yang keluar justru semburan air panas sehingga pengeboran dihentikan. Selanjutnya, memanfaatkan temuan itu sebagai tempat pemandian dengan bangunan berbentuk leter L. Bangunan itu terdiri dari 10 kamar mandi yang ukurannya bervariasi. Dua kamar mandi induk berukuran 4x4 meter dan delapan kamar mandi lainnya berukuran 4x2 meter. Semuanya dilengkapi bak untuk berendam setelah bekerja di pabrik pengolahan karet.Tak jauh dari pemandian yaitu Ciseru, terdapat pabrik berikut perkebunan karet yang kini masih ada. semoga pemerintah daerah sangat respon dengan keadaan skrang yang smakin mmprihatinkan.

by ya2t (http://cilacapmedia.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=18&artid=500)

Rabu, 13 Februari 2008

RUMAH RUSAK DAN ROBOH PEROLEH BANTUAN

CILACAP (KR/29/12/2007) - Cuaca buruk masih mengancam wilayah barat Kabupaten Cilacap, kendati bencana banjir yang melanda Kecamatan Karangpucung, Wanareja dan Cipari sudah menyurut. Namun dengan belum diperbaikinya tanggul Sungai Lengkong yang jebol sepanjang 300 meter, sewaktu-waktu banjir akan kembali menggenangi wilayah Cipari. Terutama bila daerah hulu sungai tersebut diguyur hujan lebat.

“Untuk membenahi kembali tanggul yang jebol itu diperlukan dana emergency,” kata Kepala Badan Kesbanglinmas Cilacap Drs Yayan Rusyawan MM saat dihubungi KR di lokasi banjir, Jumat (28/12). Untuk perlindungan warga setempat dari bencana banjir kembali diperlukan peninggian tanggul sungai setinggi 30 cm.
Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya banjir susulan, pihaknya telah mengirim satu unit perahu karet ke Kecamatan Cipari.
Dijelaskan Yayan, untuk membantu meringankan beban korban bencana banjir, tanah longsor di Cilacap, Wakil Bupati Cilacap Tato Suwarto Pamuji keliling meninjau lokasi sambil menyerahkan bantuan.
Untuk korban yang rumahnya mengalami rusak-rusak, baik karena banjir, tanah longsor maupun angin ribut atau lisus mendapatkan bantuan sebesar Rp 1 juta dan korban yang rumahnya roboh Rp 1,5 juta. Hingga kini, pihaknya belum mengetahui jumlah pasti korban yang rumahnya rusak-rusak maupun roboh, karena masih terus diinventarisir. “Tetapi untuk wilayah Patimuan dari 62 rumah warga yang rusak akibat disapu angin lisus, 5 di antaranya, roboh,” katanya.
Berkaitan dengan cuaca buruk yang masih mengancam wilayah Cilacap, Badan Kesbanglinmas Cilacap mengingatkan karena 98 desa di wilayah Cilacap merupakan wilayah rawan longsor. Sesuai informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, kesembilanpuluh delapan desa itu jenis tanahnya merupakan tanah pelapukan yang tinggi. Tanah tersebut memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan itu berada di atas bebatuan kedap air pada perbukitan atau punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal, yang berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan tinggi. Jika perbukitan tersebut, tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan itu rawan bencana tanah longsor.
Sebagian besar longsoran yang banyak terjadi di Cilacap merupakan longsoran translasi dan rotasi. Pada umumnya tanah yang akan longsor, ditandai dengan munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing, munculnya mata air baru secara tiba-tiba, tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan dan biasanya terjadi pada musim hujan. (Mak/Fia)-g