Rabu, 13 Februari 2008

RUMAH RUSAK DAN ROBOH PEROLEH BANTUAN

CILACAP (KR/29/12/2007) - Cuaca buruk masih mengancam wilayah barat Kabupaten Cilacap, kendati bencana banjir yang melanda Kecamatan Karangpucung, Wanareja dan Cipari sudah menyurut. Namun dengan belum diperbaikinya tanggul Sungai Lengkong yang jebol sepanjang 300 meter, sewaktu-waktu banjir akan kembali menggenangi wilayah Cipari. Terutama bila daerah hulu sungai tersebut diguyur hujan lebat.

“Untuk membenahi kembali tanggul yang jebol itu diperlukan dana emergency,” kata Kepala Badan Kesbanglinmas Cilacap Drs Yayan Rusyawan MM saat dihubungi KR di lokasi banjir, Jumat (28/12). Untuk perlindungan warga setempat dari bencana banjir kembali diperlukan peninggian tanggul sungai setinggi 30 cm.
Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya banjir susulan, pihaknya telah mengirim satu unit perahu karet ke Kecamatan Cipari.
Dijelaskan Yayan, untuk membantu meringankan beban korban bencana banjir, tanah longsor di Cilacap, Wakil Bupati Cilacap Tato Suwarto Pamuji keliling meninjau lokasi sambil menyerahkan bantuan.
Untuk korban yang rumahnya mengalami rusak-rusak, baik karena banjir, tanah longsor maupun angin ribut atau lisus mendapatkan bantuan sebesar Rp 1 juta dan korban yang rumahnya roboh Rp 1,5 juta. Hingga kini, pihaknya belum mengetahui jumlah pasti korban yang rumahnya rusak-rusak maupun roboh, karena masih terus diinventarisir. “Tetapi untuk wilayah Patimuan dari 62 rumah warga yang rusak akibat disapu angin lisus, 5 di antaranya, roboh,” katanya.
Berkaitan dengan cuaca buruk yang masih mengancam wilayah Cilacap, Badan Kesbanglinmas Cilacap mengingatkan karena 98 desa di wilayah Cilacap merupakan wilayah rawan longsor. Sesuai informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, kesembilanpuluh delapan desa itu jenis tanahnya merupakan tanah pelapukan yang tinggi. Tanah tersebut memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan itu berada di atas bebatuan kedap air pada perbukitan atau punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal, yang berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan tinggi. Jika perbukitan tersebut, tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan itu rawan bencana tanah longsor.
Sebagian besar longsoran yang banyak terjadi di Cilacap merupakan longsoran translasi dan rotasi. Pada umumnya tanah yang akan longsor, ditandai dengan munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing, munculnya mata air baru secara tiba-tiba, tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan dan biasanya terjadi pada musim hujan. (Mak/Fia)-g

Tidak ada komentar: